Mad dalam ilmu tajwid adalah perpanjangan bacaan pada huruf-huruf tertentu dalam Al-Qur’an. Secara umum, mad dibagi menjadi dua jenis utama: Mad Ashli dan Mad Far’i.
1. Mad Ashli (Mad Thabi’i)
Mad Ashli, atau yang juga dikenal sebagai Mad Thabi’i, adalah mad dasar yang paling sederhana. Mad ini terjadi apabila terdapat huruf mad (ا, و, ي) yang didahului oleh huruf berharakat sesuai dengan huruf mad tersebut, dan panjang bacaannya adalah dua harakat. Mad Ashli tidak memiliki tanda khusus dan tidak dipengaruhi oleh huruf atau hukum tajwid lainnya.
Contoh:
– قَالَ (qāla) – terdapat alif setelah huruf qāf yang berharakat fathah.
– يَقُولُ (yaqūlu) – terdapat wāw setelah qāf yang berharakat dhammah.
– يَقِيلُ (yaqīlu) – terdapat yā’ setelah qāf yang berharakat kasrah.
2. Mad Far’i
Mad Far’i adalah mad yang terjadi karena sebab tertentu, seperti adanya hamzah (ء) atau sukun di setelah huruf mad. Panjang bacaan mad ini bervariasi, mulai dari dua, empat, hingga enam harakat tergantung jenis mad dan aturan tajwid yang berlaku. Mad Far’i memiliki banyak jenis, di antaranya:
– Mad Wajib Muttasil: terjadi jika huruf mad bertemu hamzah dalam satu kata, dibaca dengan panjang empat hingga lima harakat. Contoh: السَّمَاءُ (as-samā`u).
– Mad Jaiz Munfasil: terjadi jika huruf mad bertemu hamzah di kata yang berbeda, dibaca panjang dua hingga lima harakat. Contoh: فِي أَمْرٍ (fī amrin).
– Mad ‘Aridh Lissukun: terjadi ketika huruf mad diikuti huruf yang dibaca sukun karena waqaf (berhenti di akhir ayat atau kata), panjangnya bisa dua, empat, atau enam harakat. Contoh: رَبِّ الْعَالَمِينَ (rabbil-‘ālamīn).
– Mad Lazim: terjadi apabila huruf mad bertemu dengan sukun asli di dalam satu kata, dibaca sepanjang enam harakat. Contoh: وَلَا الضَّالِّينَ (wa lā ḍḍāllīn).
Dengan memahami perbedaan antara Mad Ashli dan Mad Far’i serta contoh penerapannya, pembaca Al-Qur’an dapat meningkatkan ketepatan dalam panjang bacaan sesuai dengan hukum tajwid yang berlaku.